Tiap analis memiliki persepsi tersendiri tentang warna dan intensitasnya. Hal ini cenderung menyebabkan deviasi atau bias yang tergantung pada individu analis titrasi manual tersebut. Gambar 1 mengilustrasikan titik endpoint serta kesulitannya dalam menganalisisnya secara visual. Tiap wadah 1– 5 hanya berbeda sekitar 50 μL titran NaOH.
Pertanyaannya, wadah mana yang menunjukkan endpoint yang tepat yang harus dipilih?
Titrasi otomatis (autotitrator) telah dikembangkan sejak pertengahan 1960an. Benefit yang ditawarkan luar biasa:
Titrasi otomatis dikembangkan dengan melibatkan sensor. Pada 1909, elektroda kaca pertama kali dibuat. Penentuan endpoint atau equivalence point dengan sensor tanpa melibatkan perubahan warna atau bias dari analis.
Selama penggunaan manual titrator, hasilnya dibaca dari buret dan ditulis ke lab note atau diketik secara manual ke software. Hal ini salah satu proses yang rawan kesalahan, dengan kemungkinan besar nilai yang ditransfer salah. Untuk mengatasi masalah ini, titrasi otomatis mendokumentasi nilai terukur ke dalam list pengukuran, serta hasil perhitungan ditunjukkan secara otomatis. Hasil ini dapat diexport sebagai file PDF atau diprint dengan keterangan tanggal dan waktu.
Penambahan titran dengan buret otomatis bisa mencapai 0.5 μL. Hal ini membuat penggunaan sampel dan reagen secara signifikan dapat dikurangi. Direkomendasikan untuk menggunakan 10-90% dari volume buret serta menyesuaikannya dengan jumlah sampel.
Bagian termahan dari titrasi manual adalah biaya tenaga kerja. Personil lab harus terlatih dengan baik dan perlu konsentrasi tinggi selama titrasi. Sementara pada autotitrator, metodenya diprogram sekali dan bisa direcall kapanpun oleh siapapun
Selain peningkatan yang signifikan dalam produktivitas, akurasi, dan presisi, dengan autotitrator kesubjektifan analis pada analisis dikurangi seminimal mungkin. Semua poin ini membuat titrasi otomatis lebih mudah digunakan daripada titrasi manual, serta hasilnya lebih dapat diandalkan dan dapat direproduksi.